Tawuran Pelajar: Penyebab & Solusinya (bagian 1)

Sabtu, 24 November 2012

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendata bahwa, sedikitnya, sudah 17 pelajar meninggal dunia akibat tawuran di wilayah Jabodetabek sejak 1 Januari 2012 hingga 26 September 2012. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya. Ada 12 pelajar yang meninggal dunia.
Sementara data dari Komnas Anak, jumlah tawuran pelajar sudah memperlihatkan kenaikan pada enam bulan pertama tahun 2012. Hingga bulan Juni, sudah terjadi 139 tawuran kasus tawuran di wilayah Jakarta. Sebanyak 12 kasus menyebabkan kematian. Sementara pada 2011, ada 339 kasus tawuran menyebabkan 82 anak meninggal dunia (Sumber: metro.news.viva.co.id tanggal 28-Sep-12).

Sumber: www.rmol.co tanggal 01-Okt-2012

Waduhh! Kayaknya kita nggak bisa nemplok di pintu sambil bilang, "Tok tok woww!" Karena ini jelas  ini bukan prestasi yang dapat kita banggakan. Oleh karena itu, biar kita makin "nggak bangga" sama tawuran ini, makin peduli untuk memberantas tawuran pelajar ini, yuk kita simak bae'-bae'...

Sejarah Tawuran Pelajar
Ckkckkckk... Tawuran ada sejarahnya, bro n sis! Nggak kalah sama Pangeran Diponegoro!
Psikolog Sarlito Wirawan menyebutkan, sebenarnya sejak tahun 1950-an perkelahian pelajar sudah ada. Namun tidak berbentuk keroyokan di jalan, tidak main gebuk, tidak main bacok dan tidak main tikam. Nah, catet tuh!
Muhammad Bahari Siregar dalam risetnya tahun 2003 menyebutkan, dulu di tahun 50-an itu, ada lapangan di dekat bioskop dan Pasar Mayestik, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang sering dijadikan lokasi tawuran pelajar anak SMP. Sekarang tempat itu jadi Rumah Sakit Pusat Pertamina.
Tawuran biasanya terjadi pada hari Sabtu, kelar anak-anak SMP itu menonton bioskop yang memutar film sebulan sekali pada jam 3 sore. Gara-garanya sepele, mas bro n mba sis! Curi-curi pandang atau godain cewe sekolah lain. Atau cuma monyongin bibir! Kok bisa cuma monyongin bibir menyebabkan tawuran? La iyalah, monyongin bibir sambil suit-suitin ceweeee... 
Naah inilah "hebatnya" tawuran jaman dulu. Hehehe... kayaknya sekarang mereka jadi kakek-kakek ya. Masih inget nggak ya, Kek? Jangan-jangan Kakek inget suit-suitin cewe doang, nggak inget tawurannya? Hehehehe... Dasarrrrr!
Mereka sepakat dulu, berapa orang yang tawuran. Biasanya 15-20 orang. Di lapangan itu, perkelahian benar-benar dengan tangan kosong. Satu lawan satu. Wuihh, jantan kayak Iko Uwais!
Dimulai dari yang badannya paling kecil, biasanya satu sampai tiga menit. Pakai stopwatch, kali yee... Pelajar yang kalah, mengaku kalah dan perkelahiannya selesai. Disusul gantian satu demi satu dengan yang lainnya yang badan lebih besar dari sebelumnya. Nah, kayak di Game-game, biasanya yang muncul belakangan bos kelompoknya, yang badannya paling gueede! Kalau bosnya mengaku kalah dan diamini sama anak buahnya, yo wis! Mulih! Pulang! Nggak ada ceritanya sampai ngerusak metromini, nyambit rumah warga, apalagi nusuk dari belakang. Very gentle!
Naah, yang seru kalau ada patroli OKD (Organisasi Keamanan Desa). Datang naik sepeda onta, seragam drill khaki minus bersepatu. Begitu lihat mereka, para "jagoan" itu jungkir balik lari tunggang langgang. Sampe nyungsep ke kali. Hi hi hi hi... :-)
Tawuran di Kebayoran Baru itu salah satu contoh saja. Lebih ngetop lagi di kawasan Jakarta Pusat, yaitu di halaman bioskop Metropole (Megahria sekarang), di persimpangan Jalan Diponegoro, dan Jalan Cikini Raya.
Jadi, luar biasanya memang dulu tawuran itu dilakukan secara satu lawan satu, dengan tangan kosong tanpa senjata. Bisa saja memang tawuran itu diawali dengan kemarahan. Namun kemarahan itu tidak sampai berlanjut menjadi keinginan untuk membunuh pada saat tawuran.
And then, pada tahun 1955 sampai dengan 1960-an, mulai muncul geng-geng pelajar. Nama-nama geng seperti Marabunta Boys, Selendang Boys membuat para pelajar di Jakarta bergidik mendengarnya. Ciri-cirinya celana jeans, kaus ketat dan jaket kulit. Yaah, kira-kira kayak John Travolta muda di fim "Grease" lah. Kalau nggak tahu filmnya, coba saja cari di YouTube.
Mulai deh aneh-aneh tawurannya. Tawuran tidak lagi satu lawan satu, tapi main keroyok. Juga mulai pakai senjata, dari gesper timbal, obeng, gunting, sampai pisau, golok, kapak dan samurai.  Tambah lagi: nafsu membunuh. Dan korban-korban jiwa pun berjatuhan. Sampai sekarang. Diperparah lagi dengan pewarisan permusuhan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Tawuran pelajar menjadi tak habis-habisnya.
Upaya penyelesaian juga tak habis-habisnya. Mulai dari upaya Pak Kasur alm. (tokoh pendidikan, pencipta lagu-lagu anak seperti berjudul "Bangun Tidur", "Lihat Kebunku") mengajak para pelajar piknik bareng sampai A.M. Hendropriyono membuat sekolah khusus ala kamp militer. Semuanya gagal. Sampai sekarang, tawuran teeeeteeep eksis!

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. For Promuda - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Premium Blogger Template